Tuesday, October 13, 2015

Mencoba Menghapus Jejakmu #CerpenPeterpan

Sore hari, di Mc Donalds dekat kompleks rumahku. Ada 2 gelas cola dan sepiring kentang goreng, yang belum sempat tersentuh oleh kita.

“Kita udah gak bisa kayak gini lagi, Mei. Kita udah gak bisa sama-sama lagi,” ujarmu. Aku diam. Inikah waktunya?

“Kenapa?” tanyaku singkat.

“Gak akan ada yang bisa kita dapet dari hubungan kayak gini..”

“Cuma karna itu?” kejarku.

“Saya gak bisa terus kayak gini, bohongin banyak orang.. Saya gak bisa terus-terusan nyakitin Santi yang gak tau apa-apa dan terus sayang sama saya, tanpa tau saya ngapain aja di belakang dia. Dan saya pikir juga kamu harus dapatkan yang terbaik untuk diri kamu, tapi yang terbaik itu bukan saya. Kamu harus dapat cowok yang pemberani dan bener-bener sayang dan setia sama kamu, bukan cowok yang pengecut kayak saya.. Kita gak bisa begini terus, Mei.. Saya udah berpikir panjang, dan saya rasa saya perlu mengambil sikap buat masalah ini.. Dan ini keputusan saya..” jelas Irfan panjang lebar.

“Kalo kamu udah berpikir gini, kenapa dulu kita memutuskan buat jalan terus tanpa peduli? Aku pikir cinta kita udah cukup kuat, walau kita jadi pengecut dengan berjalan diam-diam dari pasangan kamu.. Aku pikir dengan apa yang udah kita jalanin bareng selama ini, kita bisa pacaran resmi, Fan.. Aku pikir kamu memang akan lepas Santi demi aku, makanya aku rela nunggu kamu..” argumenku, sambil mencoba menahan air mata berpura-pura tegar.

“Maafin saya, Mei.. Semua kesalahan ada di saya. Saya yang ajak kamu begini, saya yang rusak sendiri hubungan saya sama Santi, jadi saya pikir sayalah yang harus selesaikan masalah ini sebelum makin sulit nanti.. Saya sayang banget sama kamu, Mei, tapi saya gak bisa sama-sama kamu lagi ke depannya.. Saya mau coba setia sama Santi, walaupun mungkin nanti saya gak jodoh sama Santi, setidaknya saya gak nyakitin dia diam-diam lagi..”

Aku hanya bisa menarik napas dalam-dalam dan membuang napas berat. Berkali-kali. Aku tak bisa berkata-kata lagi. Semua ini terlalu rumit buatku. Iya, memang aku dan Irfan telah melakukan hal bodoh ini, menjalin hubungan bersama saat ia masih terikat komitmen dengan pasangannya. Dari yang awalnya bercanda akrab, berakhir dengan saling sayang dan cinta. Kupikir dengan semakin dekatnya kami, Irfan gak akan ragu lagi untuk memilih aku. Tapi ternyata, ia lebih memilih setia dengan Santi dan melepas aku, perempuan keduanya. Sebuah keputusan yang memang seharusnya seperti itu, tapi aku sulit sekali memahaminya. Ah, cinta dalam memang jago membolak-balikkan hati, logika dan ego manusia.. Bodohnya aku, mengkhayalkan hal yang gak mungkin dan lebih bodoh lagi, kenapa selama ini aku mau jadi yang kedua?

Terus melangkah, melupakanmu
Lelah hati perhatikan sikapmu
Jalan pikiranmu buatku meragu
Tak mungkin ini tetap bertahan

Sayup-sayup lagu Menghapus Jejakmu dari band favoritku, Peterpan, mengalun dari speaker restoran. Mendengar liriknya, aku tersadar. Ini pertanda bahwa aku harus pergi, lupakan, dan menjauh dari kekonyolan ini. Aku mencoba menguatkan hati sebelum angkat bicara ke Irfan, walau dalam lubuk hati terasa perih.

“Oke Fan, aku ngerti sama keputusan kamu, dan aku coba terima ini semua. Walau emang sakit banget buat aku, tapi semoga aku kuat. Cukup aku membodohi diri sendiri, sekarang mungkin emang waktunya aku buat mencari yang terbaik dan membahagiakan diri aku sendiri. Terimakasih Fan untuk semua yang udah kita jalanin selama ini, aku harap kamu bisa pegang kata-kata kamu untuk setia sama Santi.. Oh ya, aku harap kamu jangan hubungin aku dulu sama sekali, aku pengen tenang dulu..” ujarku pelan. Aneh, selesai bicara ini, rasanya hatiku lega. Lebih tenang dari sebelumnya. Perasaan sedih dan airmata yang aku khawatirkan sama sekali tidak ada, malah aku tersenyum refleks pada Irfan.

“Aku pulang dulu Fan. Bener-bener terimakasih buat semuanya, dan maafin semua kesalahan aku..” kataku sambil merapikan tasku dan berdiri.

“Saya sayang kamu, Mei..” kata Irfan lemah.

Aku hanya tersenyum, dan berjalan keluar Mc Donalds.

Usai sudah semua berlalu
Biar hujan menghapus jejakmu..

Tepat saat bait terakhir dan aku membuka pintu restoran, gerimis turun. Aku berjalan menembusnya sambil tersenyum lega. Mungkin memang ini keputusan yang paling tepat.

29 Juli 2012

No comments:

Post a Comment