Keputusan itu datang kepadaku semalam, tepat saat playlist mp3ku memutar lagu Tangga - Cinta Begini.
Aku tahu.. Suatu saat kita memang harus ‘berakhir’.
Aku tahu.. Sesuatu yang dimulai dengan 'salah’, pasti akan berakhir cepat atau sangat cepat..
Aku tahu.. Hati dan perasaan memang tidak bisa dipaksakan, namun,
Aku tahu.. Komitmen masing-masing kita harus didahulukan, karna kita telah dewasa..
Jadi,
Tersenyumlah.
Aku tetap berada di sini, memantaumu dari jauh sebagai sahabatmu.
Biarkan waktu yang perbaiki semua sementara kita terus melangkah.
Jangan sesali hari lalu.. tapi bersyukurlah,
Karna tidak semua orang beruntung mendapat kesempatan seperti kita.
Berikan yang terbaik untuk milikmu,
Dan aku akan cari yang terbaik untuk diriku..
24 Januari 2012
Showing posts with label Mellow. Show all posts
Showing posts with label Mellow. Show all posts
Tuesday, October 13, 2015
Aku, Tulang Rusukmu
Hai, ini aku..
Aku adalah tulang rusukmu, yang selama ini selalu menyanggamu, berada di dalammu..
Karena satu hal, aku harus terlepas dari rangkamu, sendiri, tidak lagi menyusun kamu..
Terlepas dari kamu rasanya seperti kehilangan tempat berpegang dan bersandar selama ini.
Aku kehilangan fungsiku untuk melengkapimu..
Kau pasti tahu kan, hanya ada satu tulang rusuk yang tercipta pas untuk sebuah tubuh?
Tidak ada tulang rusuk yang cocok untuk tubuh yang lain..
Aku ingin kembali ke tempatku seharusnya, yaitu di dalam kamu..
Menyusun kamu, menjadikan kamu sempurna..
Menguatkanmu, mendampingimu kemanapun kamu pergi..
Dan bertinggal kembali di dekat hatimu..
Dapatkah?
19 Februari 2012
Aku adalah tulang rusukmu, yang selama ini selalu menyanggamu, berada di dalammu..
Karena satu hal, aku harus terlepas dari rangkamu, sendiri, tidak lagi menyusun kamu..
Terlepas dari kamu rasanya seperti kehilangan tempat berpegang dan bersandar selama ini.
Aku kehilangan fungsiku untuk melengkapimu..
Kau pasti tahu kan, hanya ada satu tulang rusuk yang tercipta pas untuk sebuah tubuh?
Tidak ada tulang rusuk yang cocok untuk tubuh yang lain..
Aku ingin kembali ke tempatku seharusnya, yaitu di dalam kamu..
Menyusun kamu, menjadikan kamu sempurna..
Menguatkanmu, mendampingimu kemanapun kamu pergi..
Dan bertinggal kembali di dekat hatimu..
Dapatkah?
19 Februari 2012
Tidak Ada Lagi Kita
Sekarang, tidak ada lagi kita
Karena kita sudah memutuskan untuk berhenti berjuang
Ternyata kita sudah lelah bekerjasama menghadapi kejinya dunia
Kejamnya hidup telah menyiksa dan membunuh kita secara perlahan
Sepertinya kita akan jauh lebih baik saat berjalan sendiri,
Dan mencari dunia baru tempat berpijak masing-masing
Semoga aku kuat tanpa kamu,
Semoga kamu mampu tanpa aku.
Sekarang, tidak ada lagi kita..
26 Juli 2012
Karena kita sudah memutuskan untuk berhenti berjuang
Ternyata kita sudah lelah bekerjasama menghadapi kejinya dunia
Kejamnya hidup telah menyiksa dan membunuh kita secara perlahan
Sepertinya kita akan jauh lebih baik saat berjalan sendiri,
Dan mencari dunia baru tempat berpijak masing-masing
Semoga aku kuat tanpa kamu,
Semoga kamu mampu tanpa aku.
Sekarang, tidak ada lagi kita..
26 Juli 2012
Janji
Janji.
Begitu mudah diucap, begitu sulit dijalankan.
Begitu mudah diciptakan, begitu sulit dilaksanakan.
Hari ini, kembali saya menjadi korban atas janji manis yang telah terucap.
Berulangkali terjadi..
Namun berulangkali pula saya maafkan,
dengan penegasan ‘ini yang terakhir’.
Namun terakhir ini tidak pernah menjadi yang terakhir.. bahkan berlanjut hingga hari ini.
Ya, detik ini.
Entah karena saya terlalu bodoh, atau terlalu pemaaf,
sampai dengan mudahnya mereka mengucap janji pada saya lalu melupakannya,
padahal saya terus menunggu kapan janji itu terwujud.
Tapi saya bisa apa?
Saya marah, mereka bilang saya tak pengertian.
Saya kecewa, mereka bilang saya terlalu perasa.
Saya menangis, mereka bilang saya sensitif.
Andai mereka tau,
bahwa harapan saya telah terbang tinggi seiring janji itu diucap.
bahwa dengan gembira saya telah mempersiapkan diri demi janji itu.
bahwa saya tak sabar menanti waktu terlaksananya janji itu.
Kenapa???
Kenapa seolah-olah janji sudah tak ada artinya lagi di dunia ini???
Kenapa mereka senang sekali menerbangkan saya lalu mendadak menghempaskan saya???
Sampai kapan saya harus mengikhlaskan janji untuk saya hilang begitu saja tanpa pernah terwujud?
Sampai kapan saya harus menjadi sosok yang sangat pemaaf?
Sampai kapan saya harus diam, diam dan diam tanpa pernah bisa mengungkapkan kekecewaan saya yang mendalam?
Sampai kapan kalian mau terus membuat janji terhadap saya,
tanpa ada usaha sedikitpun untuk mewujudkannya?
Dari yang terus, dan terus menjadi korban selama ini.
19 Februari 2011
Begitu mudah diucap, begitu sulit dijalankan.
Begitu mudah diciptakan, begitu sulit dilaksanakan.
Hari ini, kembali saya menjadi korban atas janji manis yang telah terucap.
Berulangkali terjadi..
Namun berulangkali pula saya maafkan,
dengan penegasan ‘ini yang terakhir’.
Namun terakhir ini tidak pernah menjadi yang terakhir.. bahkan berlanjut hingga hari ini.
Ya, detik ini.
Entah karena saya terlalu bodoh, atau terlalu pemaaf,
sampai dengan mudahnya mereka mengucap janji pada saya lalu melupakannya,
padahal saya terus menunggu kapan janji itu terwujud.
Tapi saya bisa apa?
Saya marah, mereka bilang saya tak pengertian.
Saya kecewa, mereka bilang saya terlalu perasa.
Saya menangis, mereka bilang saya sensitif.
Andai mereka tau,
bahwa harapan saya telah terbang tinggi seiring janji itu diucap.
bahwa dengan gembira saya telah mempersiapkan diri demi janji itu.
bahwa saya tak sabar menanti waktu terlaksananya janji itu.
Kenapa???
Kenapa seolah-olah janji sudah tak ada artinya lagi di dunia ini???
Kenapa mereka senang sekali menerbangkan saya lalu mendadak menghempaskan saya???
Sampai kapan saya harus mengikhlaskan janji untuk saya hilang begitu saja tanpa pernah terwujud?
Sampai kapan saya harus menjadi sosok yang sangat pemaaf?
Sampai kapan saya harus diam, diam dan diam tanpa pernah bisa mengungkapkan kekecewaan saya yang mendalam?
Sampai kapan kalian mau terus membuat janji terhadap saya,
tanpa ada usaha sedikitpun untuk mewujudkannya?
Dari yang terus, dan terus menjadi korban selama ini.
19 Februari 2011
Kamu...
Ya, kamu...
Kamu, masih tetap seorang pria yang saya pilih untuk menjadi pria nomor 3 dalam hidup saya yang saya cintai (setelah ayah dan adik saya, tentu).
Kamu, masih tetap seorang pria yang saya hormati nasihatnya, kagumi pola pikirnya, sebali sikap jeleknya, marahi sifat buruknya, sayangi seutuhnya.
Kamu, masih tetap seorang pria yang saya inginkan dengan sangat untuk membaca ijab kabul untuk saya dan menjadi suami saya.
Kamu, masih tetap seorang pria yang saya inginkan untuk menemani saya mengurus rumitnya pesta pernikahan kita.
Kamu, masih tetap seorang pria yang saya impikan untuk memeluk saya dari belakang saat saya tidur malam, di sisimu dan di ranjang yang sama.
Kamu, masih tetap seorang pria yang ingin saya tunggu sepulang kamu kerja, saya buatkan kopi atau teh atau susu hangat, saya temani membaca koran atau menonton televisi, saya buatkan makanan kesukaannya dan saya rawat seumur hidup saya.
Kamu, masih tetap seorang pria yang saya inginkan dengan sangat untuk menjadi ayah bagi anak-anak saya.
Kamu, masih tetap seorang pria yang saya inginkan untuk berada di sisi saya dan menggenggam tangan serta mengelus kening saya dan berbisik 'kamu bisa, kamu kuat sayang' saat saya berjuang melahirkan anak-anak kita.
Kamu, masih tetap seorang pria yang ingin saya urus, saya rawat, saya dukung, saya nasihati, saya temani, saya dampingi di saat baik dan saat buruk yang kamu lalui.
Kamu, masih tetap satu-satunya pria yang saya cinta dan sayang sepenuh hati. (selain ayah dan adik saya, tentu).
Ya, kamu...
Kamu, masih tetap seorang pria yang saya pilih untuk menjadi pria nomor 3 dalam hidup saya yang saya cintai (setelah ayah dan adik saya, tentu).
Kamu, masih tetap seorang pria yang saya hormati nasihatnya, kagumi pola pikirnya, sebali sikap jeleknya, marahi sifat buruknya, sayangi seutuhnya.
Kamu, masih tetap seorang pria yang saya inginkan dengan sangat untuk membaca ijab kabul untuk saya dan menjadi suami saya.
Kamu, masih tetap seorang pria yang saya inginkan untuk menemani saya mengurus rumitnya pesta pernikahan kita.
Kamu, masih tetap seorang pria yang saya impikan untuk memeluk saya dari belakang saat saya tidur malam, di sisimu dan di ranjang yang sama.
Kamu, masih tetap seorang pria yang ingin saya tunggu sepulang kamu kerja, saya buatkan kopi atau teh atau susu hangat, saya temani membaca koran atau menonton televisi, saya buatkan makanan kesukaannya dan saya rawat seumur hidup saya.
Kamu, masih tetap seorang pria yang saya inginkan dengan sangat untuk menjadi ayah bagi anak-anak saya.
Kamu, masih tetap seorang pria yang saya inginkan untuk berada di sisi saya dan menggenggam tangan serta mengelus kening saya dan berbisik 'kamu bisa, kamu kuat sayang' saat saya berjuang melahirkan anak-anak kita.
Kamu, masih tetap seorang pria yang ingin saya urus, saya rawat, saya dukung, saya nasihati, saya temani, saya dampingi di saat baik dan saat buruk yang kamu lalui.
Kamu, masih tetap satu-satunya pria yang saya cinta dan sayang sepenuh hati. (selain ayah dan adik saya, tentu).
Ya, kamu...
Bukan Salah Kamu
Kalau kamu meninggalkan saya.
Kalau kamu melepas saya demi dia.
Kalau menurutmu hubungan kita lebih baik disudahi.
Tapi saya.
Yang terlalu sibuk dengan dunia saya sendiri.
Yang menganggapmu selalu menerima dan menuruti semua keinginan saya, sekalipun itu bodoh.
Yang tidak mau belajar mengerti kamu sedikitpun.
Maaf...
Semoga dia lebih baik dari saya.
Semoga kamu lebih bahagia.
Semoga saya bisa ikhlas melepas semua tentang kamu, dari hati dan hidup saya.
21 November 2013
Subscribe to:
Posts (Atom)